Baru-baru ini, sebuah bursa terkemuka mengumumkan struktur manajemen baru dengan Co-CEO, dan media sosial langsung heboh. Sejujurnya, kebanyakan orang hanya fokus pada drama perebutan jabatan. Tapi menurut saya? Kalau kita kesampingkan gosip-gosip itu, sebenarnya ada hal yang jauh lebih menarik—ketika jumlah pengguna sebuah platform menembus 300 juta, struktur organisasinya memang harus ikut berevolusi.
Ini bukan soal permainan kekuasaan. Ini adalah inovasi manajemen yang didorong oleh efek skala. Model pengambil keputusan tunggal memang efektif untuk tim kecil, tapi ketika basis pengguna sudah sebesar ini? Yang dibutuhkan adalah kerangka tata kelola yang sistematis, bukan sekadar heroisme individu. Jadi, daripada melihat perubahan ini sebagai gejolak internal, lebih baik memahaminya sebagai "rekonstruksi sistem" yang memang diperlukan—perusahaan sedang menyesuaikan diri dengan skala barunya dengan cara yang paling pragmatis.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
10 Suka
Hadiah
10
3
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
RugPullProphet
· 2jam yang lalu
Sistem dua CEO? Sederhananya, satu orang saja yang mengambil keputusan itu terlalu melelahkan, jadi berbagi risiko.
Lihat AsliBalas0
DAOplomacy
· 2jam yang lalu
Sejujurnya, narasi dua CEO itu hanyalah sandiwara tata kelola yang menutupi ketergantungan jalur pada skala besar... tapi ya, struktur insentif yang kurang optimal saat berurusan dengan 300M pengguna, NFL.
Lihat AsliBalas0
GmGnSleeper
· 2jam yang lalu
Gila, akhirnya ada juga yang ngomong terus terang. Memang sesimpel itu, nggak perlu teori konspirasi segala.
Baru-baru ini, sebuah bursa terkemuka mengumumkan struktur manajemen baru dengan Co-CEO, dan media sosial langsung heboh. Sejujurnya, kebanyakan orang hanya fokus pada drama perebutan jabatan. Tapi menurut saya? Kalau kita kesampingkan gosip-gosip itu, sebenarnya ada hal yang jauh lebih menarik—ketika jumlah pengguna sebuah platform menembus 300 juta, struktur organisasinya memang harus ikut berevolusi.
Ini bukan soal permainan kekuasaan. Ini adalah inovasi manajemen yang didorong oleh efek skala. Model pengambil keputusan tunggal memang efektif untuk tim kecil, tapi ketika basis pengguna sudah sebesar ini? Yang dibutuhkan adalah kerangka tata kelola yang sistematis, bukan sekadar heroisme individu. Jadi, daripada melihat perubahan ini sebagai gejolak internal, lebih baik memahaminya sebagai "rekonstruksi sistem" yang memang diperlukan—perusahaan sedang menyesuaikan diri dengan skala barunya dengan cara yang paling pragmatis.