Pembagian dividen yang stabil sering kali menunjukkan bahwa model bisnis perusahaan kokoh dan arus kas cukup melimpah. Inilah mengapa Warren Buffett sangat menyukai saham dividen tinggi—lebih dari 50% asetnya dialokasikan ke jenis saham ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak investor yang menganggap saham dividen tinggi sebagai saham inti. Tapi, investor pemula sering terhambat oleh dua pertanyaan: Apakah harga saham pasti akan turun saat tanggal ex-dividen? Apakah harus membeli sebelum atau setelah tanggal ex-dividen?
Apakah Penurunan Harga Saham Saat Tanggal Ex-Dividend Benar-Benar Tak Terhindarkan?
Secara teori, harga saham seharusnya turun saat tanggal ex-dividen. Ini karena pembayaran dividen tunai berarti aset perusahaan berkurang secara nyata, sehingga harga saham secara teoritis akan menyesuaikan ke bawah.
Namun, dari performa historis nyata, penurunan ini tidak selalu harus terjadi. Terutama untuk perusahaan-perusahaan yang stabil dan diminati investor, bahkan bisa saja harga saham naik saat tanggal ex-dividen.
Mengapa bisa begitu?
Mari kita pahami dulu bagaimana pengaruh ex-dividen terhadap harga saham.
Misalnya, sebuah perusahaan menghasilkan $3 per saham per tahun, dengan rasio P/E 10 kali, maka harga per saham adalah $30. Setelah bertahun-tahun, perusahaan mengumpulkan cadangan kas sebesar $5 per saham. Saat ini, total valuasi perusahaan adalah $35 per saham.
Sekarang, perusahaan memutuskan membagikan dividen khusus sebesar $4 per saham, dan menyisakan $1 per saham sebagai dana darurat.
Perusahaan menetapkan 15 Juni sebagai tanggal pencatatan hak kepemilikan saham, dan membayar dividen pada 17 Juni, biasanya tanggal ex-dividen juga di hari yang sama. Secara teori, harga saham saat tanggal ex-dividen seharusnya turun dari $35 menjadi $31 ($35 - $4).
Namun, kenyataannya, harga saham saat tanggal ex-dividen bisa naik maupun turun. Ini karena pergerakan harga dipengaruhi berbagai faktor—sentimen pasar, kinerja perusahaan, kondisi industri, dan lain-lain, tidak hanya faktor dividen saja.
Lihat contoh nyata
Contohnya, Coca-Cola yang memiliki sejarah pembayaran dividen panjang dan stabil secara kuartalan. Pada sebagian besar tanggal ex-dividen, harga saham sedikit turun, tetapi kadang juga mengalami kenaikan kecil. Pada tanggal ex-dividen September dan November 2023, saham Coca-Cola justru mengalami kenaikan kecil.
Apple lebih menarik lagi. Karena saham teknologi sedang digemari, harga saham Apple sering melonjak tajam saat tanggal ex-dividen. Pada 10 November 2023, harga saham Apple naik dari $182 menjadi $186. Pada tanggal ex-dividen 12 Mei 2023, kenaikannya bahkan mencapai 6,18%.
Perusahaan-perusahaan besar seperti Walmart, Pepsi, Johnson & Johnson juga sering menunjukkan kenaikan harga saham saat tanggal ex-dividen.
Secara umum, jumlah dividen, sentimen pasar, kinerja perusahaan, dan faktor lain memengaruhi performa harga saham saat tanggal ex-dividen.
Membeli Sebelum atau Setelah Tanggal Ex-Dividend? Kuncinya Tiga Hal Ini
Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban mutlak, tergantung situasi dan kondisi.
Konsep 1: Fill-Right vs. Stick-Right
Sebelum memutuskan, kamu harus memahami dua konsep ini.
Fill-Right: Setelah tanggal ex-dividen, harga saham sementara turun, tetapi kemudian perlahan pulih, akhirnya kembali ke level sebelum ex-dividen atau mendekati. Ini menunjukkan bahwa investor optimis terhadap prospek masa depan perusahaan.
Stick-Right: Setelah tanggal ex-dividen, harga saham terus-menerus melemah dan tidak kembali ke level sebelum ex-dividen. Biasanya ini menandakan kekhawatiran investor terhadap kinerja perusahaan di masa depan, mungkin karena kinerja yang buruk atau perubahan kondisi pasar.
Tiga Dimensi Keputusan
Dimensi 1: Performa Harga Sebelum Ex-Dividend
Jika harga saham sudah mencapai puncaknya sebelum ex-dividen, banyak investor memilih untuk mengambil keuntungan lebih dulu. Membeli saat itu mungkin tidak bijak, karena harga sudah mengandung ekspektasi berlebihan atau tekanan jual dari para profit-taking.
Dimensi 2: Pola Pergerakan Historis
Secara statistik, saham cenderung lebih sering turun daripada naik setelah ex-dividen. Ini risiko yang cukup tinggi untuk trader jangka pendek. Tapi, jika harga saham mulai stabil setelah menyentuh level support teknikal, itu bisa menjadi peluang beli yang bagus.
Dimensi 3: Fundamental Perusahaan dan Siklus Kepemilikan
Ini yang paling penting. Untuk perusahaan yang fundamentalnya kuat dan berada di posisi terdepan industri, ex-dividen hanyalah bagian dari penyesuaian harga, bukan sinyal penurunan nilai. Bahkan, ini bisa menjadi kesempatan untuk menambah posisi dengan harga lebih menarik.
Jika kamu berencana memegang saham dalam jangka panjang, membeli setelah ex-dividen sering kali lebih menguntungkan—karena nilai intrinsik perusahaan tidak berubah, malah harga yang turun membuatnya lebih menarik.
Jangan Abaikan Biaya Tersembunyi
Biaya 1: Pajak Dividen
Jika kamu membeli saham dividen tinggi melalui akun tax-advantaged (misalnya IRA, 401K di AS), kamu tidak perlu membayar pajak sebelum penarikan dana.
Tapi, jika menggunakan akun biasa yang kena pajak, situasinya berbeda. Kamu membeli saham seharga $35 sebelum ex-dividen, dan saat hari ex-dividen harga turun ke $31, kamu mengalami kerugian unrealized, sekaligus harus membayar pajak atas dividen $4 yang diterima.
Namun, jika kamu berencana menginvestasikan kembali dividen dan yakin harga akan cepat pulih, membeli sebelum ex-dividen tetap masuk akal.
Biaya 2: Biaya Transaksi dan Pajak Perdagangan
Di pasar saham Taiwan, biaya transaksi dihitung sebagai: Harga saham × 0,1425% × diskon broker (biasanya 50-60%)
Pajak transaksi berbeda tergantung jenis saham:
Saham perusahaan biasa: 0,3%
ETF: 0,1%
Biaya-biaya ini terlihat kecil, tetapi jika sering melakukan transaksi, jumlahnya bisa cukup besar.
Saran Utama
Mengenai membeli sebelum atau setelah ex-dividen, yang terpenting adalah sesuaikan dengan periode investasi dan kualitas perusahaan:
Trader jangka pendek: Fluktuasi harga di sekitar tanggal ex-dividen bisa memberi peluang, tapi harus perhitungkan biaya pajak dan biaya transaksi. Perdagangan freku mungkin tidak menguntungkan.
Investor nilai jangka panjang: Pilih perusahaan dengan fundamental kuat, dan saat harga turun setelah ex-dividen, lakukan pembelian. Ini memberi peluang mendapatkan dividen stabil dengan harga lebih baik. Kemungkinan fill-right lebih besar, dan hasil jangka panjang lebih stabil.
Investor umum: Daripada pusing soal timing, lebih baik fokus pada analisis fundamental perusahaan dan kemampuan risiko. Perusahaan bagus kapan pun dibeli, dan dipertahankan jangka panjang biasanya tidak akan merugi.
Apapun waktu pembeliannya, ingatlah untuk berinvestasi sesuai kemampuan dan risiko yang mampu ditanggung.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Beli sebelum atau setelah pengumuman dividen? Artikel ini menjelaskan biaya tersembunyi yang perlu diketahui
Mengapa Saham Dividen Tinggi Begitu Menarik?
Pembagian dividen yang stabil sering kali menunjukkan bahwa model bisnis perusahaan kokoh dan arus kas cukup melimpah. Inilah mengapa Warren Buffett sangat menyukai saham dividen tinggi—lebih dari 50% asetnya dialokasikan ke jenis saham ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak investor yang menganggap saham dividen tinggi sebagai saham inti. Tapi, investor pemula sering terhambat oleh dua pertanyaan: Apakah harga saham pasti akan turun saat tanggal ex-dividen? Apakah harus membeli sebelum atau setelah tanggal ex-dividen?
Apakah Penurunan Harga Saham Saat Tanggal Ex-Dividend Benar-Benar Tak Terhindarkan?
Secara teori, harga saham seharusnya turun saat tanggal ex-dividen. Ini karena pembayaran dividen tunai berarti aset perusahaan berkurang secara nyata, sehingga harga saham secara teoritis akan menyesuaikan ke bawah.
Namun, dari performa historis nyata, penurunan ini tidak selalu harus terjadi. Terutama untuk perusahaan-perusahaan yang stabil dan diminati investor, bahkan bisa saja harga saham naik saat tanggal ex-dividen.
Mengapa bisa begitu?
Mari kita pahami dulu bagaimana pengaruh ex-dividen terhadap harga saham.
Misalnya, sebuah perusahaan menghasilkan $3 per saham per tahun, dengan rasio P/E 10 kali, maka harga per saham adalah $30. Setelah bertahun-tahun, perusahaan mengumpulkan cadangan kas sebesar $5 per saham. Saat ini, total valuasi perusahaan adalah $35 per saham.
Sekarang, perusahaan memutuskan membagikan dividen khusus sebesar $4 per saham, dan menyisakan $1 per saham sebagai dana darurat.
Perusahaan menetapkan 15 Juni sebagai tanggal pencatatan hak kepemilikan saham, dan membayar dividen pada 17 Juni, biasanya tanggal ex-dividen juga di hari yang sama. Secara teori, harga saham saat tanggal ex-dividen seharusnya turun dari $35 menjadi $31 ($35 - $4).
Namun, kenyataannya, harga saham saat tanggal ex-dividen bisa naik maupun turun. Ini karena pergerakan harga dipengaruhi berbagai faktor—sentimen pasar, kinerja perusahaan, kondisi industri, dan lain-lain, tidak hanya faktor dividen saja.
Lihat contoh nyata
Contohnya, Coca-Cola yang memiliki sejarah pembayaran dividen panjang dan stabil secara kuartalan. Pada sebagian besar tanggal ex-dividen, harga saham sedikit turun, tetapi kadang juga mengalami kenaikan kecil. Pada tanggal ex-dividen September dan November 2023, saham Coca-Cola justru mengalami kenaikan kecil.
Apple lebih menarik lagi. Karena saham teknologi sedang digemari, harga saham Apple sering melonjak tajam saat tanggal ex-dividen. Pada 10 November 2023, harga saham Apple naik dari $182 menjadi $186. Pada tanggal ex-dividen 12 Mei 2023, kenaikannya bahkan mencapai 6,18%.
Perusahaan-perusahaan besar seperti Walmart, Pepsi, Johnson & Johnson juga sering menunjukkan kenaikan harga saham saat tanggal ex-dividen.
Secara umum, jumlah dividen, sentimen pasar, kinerja perusahaan, dan faktor lain memengaruhi performa harga saham saat tanggal ex-dividen.
Membeli Sebelum atau Setelah Tanggal Ex-Dividend? Kuncinya Tiga Hal Ini
Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban mutlak, tergantung situasi dan kondisi.
Konsep 1: Fill-Right vs. Stick-Right
Sebelum memutuskan, kamu harus memahami dua konsep ini.
Fill-Right: Setelah tanggal ex-dividen, harga saham sementara turun, tetapi kemudian perlahan pulih, akhirnya kembali ke level sebelum ex-dividen atau mendekati. Ini menunjukkan bahwa investor optimis terhadap prospek masa depan perusahaan.
Stick-Right: Setelah tanggal ex-dividen, harga saham terus-menerus melemah dan tidak kembali ke level sebelum ex-dividen. Biasanya ini menandakan kekhawatiran investor terhadap kinerja perusahaan di masa depan, mungkin karena kinerja yang buruk atau perubahan kondisi pasar.
Tiga Dimensi Keputusan
Dimensi 1: Performa Harga Sebelum Ex-Dividend
Jika harga saham sudah mencapai puncaknya sebelum ex-dividen, banyak investor memilih untuk mengambil keuntungan lebih dulu. Membeli saat itu mungkin tidak bijak, karena harga sudah mengandung ekspektasi berlebihan atau tekanan jual dari para profit-taking.
Dimensi 2: Pola Pergerakan Historis
Secara statistik, saham cenderung lebih sering turun daripada naik setelah ex-dividen. Ini risiko yang cukup tinggi untuk trader jangka pendek. Tapi, jika harga saham mulai stabil setelah menyentuh level support teknikal, itu bisa menjadi peluang beli yang bagus.
Dimensi 3: Fundamental Perusahaan dan Siklus Kepemilikan
Ini yang paling penting. Untuk perusahaan yang fundamentalnya kuat dan berada di posisi terdepan industri, ex-dividen hanyalah bagian dari penyesuaian harga, bukan sinyal penurunan nilai. Bahkan, ini bisa menjadi kesempatan untuk menambah posisi dengan harga lebih menarik.
Jika kamu berencana memegang saham dalam jangka panjang, membeli setelah ex-dividen sering kali lebih menguntungkan—karena nilai intrinsik perusahaan tidak berubah, malah harga yang turun membuatnya lebih menarik.
Jangan Abaikan Biaya Tersembunyi
Biaya 1: Pajak Dividen
Jika kamu membeli saham dividen tinggi melalui akun tax-advantaged (misalnya IRA, 401K di AS), kamu tidak perlu membayar pajak sebelum penarikan dana.
Tapi, jika menggunakan akun biasa yang kena pajak, situasinya berbeda. Kamu membeli saham seharga $35 sebelum ex-dividen, dan saat hari ex-dividen harga turun ke $31, kamu mengalami kerugian unrealized, sekaligus harus membayar pajak atas dividen $4 yang diterima.
Namun, jika kamu berencana menginvestasikan kembali dividen dan yakin harga akan cepat pulih, membeli sebelum ex-dividen tetap masuk akal.
Biaya 2: Biaya Transaksi dan Pajak Perdagangan
Di pasar saham Taiwan, biaya transaksi dihitung sebagai: Harga saham × 0,1425% × diskon broker (biasanya 50-60%)
Pajak transaksi berbeda tergantung jenis saham:
Biaya-biaya ini terlihat kecil, tetapi jika sering melakukan transaksi, jumlahnya bisa cukup besar.
Saran Utama
Mengenai membeli sebelum atau setelah ex-dividen, yang terpenting adalah sesuaikan dengan periode investasi dan kualitas perusahaan:
Trader jangka pendek: Fluktuasi harga di sekitar tanggal ex-dividen bisa memberi peluang, tapi harus perhitungkan biaya pajak dan biaya transaksi. Perdagangan freku mungkin tidak menguntungkan.
Investor nilai jangka panjang: Pilih perusahaan dengan fundamental kuat, dan saat harga turun setelah ex-dividen, lakukan pembelian. Ini memberi peluang mendapatkan dividen stabil dengan harga lebih baik. Kemungkinan fill-right lebih besar, dan hasil jangka panjang lebih stabil.
Investor umum: Daripada pusing soal timing, lebih baik fokus pada analisis fundamental perusahaan dan kemampuan risiko. Perusahaan bagus kapan pun dibeli, dan dipertahankan jangka panjang biasanya tidak akan merugi.
Apapun waktu pembeliannya, ingatlah untuk berinvestasi sesuai kemampuan dan risiko yang mampu ditanggung.