Pasar minyak tahun 2023 dipenuhi dengan variabel dan peluang. Dalam situasi internasional yang kompleks, saham minyak sebagai kekuatan utama di sektor energi tradisional, masih memiliki berapa nilai investasi? Artikel ini akan mengulas peluang dan tantangan investasi energi dari tiga dimensi: tren pasar, logika investasi, dan pilihan saham individu.
Perjalanan naik turun sektor energi
Minyak dikenal sebagai emas cair, sebagai darah ekonomi modern, digunakan secara luas dalam transportasi, kimia, pembangkit listrik, dan bidang lainnya. Karena minyak adalah sumber daya tak terbarukan, fluktuasi harganya sangat dipengaruhi oleh hubungan penawaran dan permintaan.
Tahun 2022 bisa disebut tahun panen bagi saham minyak. Didukung oleh pemulihan ekonomi pasca pandemi dan ketegangan energi akibat perang Rusia-Ukraina, saham minyak naik hampir 65%, jauh melampaui penurunan indeks S&P 500 sebesar 19% pada periode yang sama. Saat itu, sektor lain mengalami kelesuan—saham teknologi turun rata-rata 30%, saham komunikasi turun 40%, sementara saham energi justru naik melawan tren.
Namun, pemandangan cerah tidak berlangsung lama. Pada awal 2023, harga minyak mengalami koreksi besar. Di satu sisi, kekhawatiran terhadap permintaan ekonomi kembali muncul; di sisi lain, rumor peningkatan produksi Arab Saudi menekan harga minyak. Meskipun cadangan minyak mentah menurun lebih dari perkiraan, permintaan bensin tetap lemah. Baru-baru ini, situasi di Palestina dan Israel yang meningkat kembali memberi dorongan baru bagi saham energi. Risiko geopolitik sering kali mendorong kenaikan harga minyak jangka pendek, yang kemudian memicu potensi rebound saham minyak.
Mengapa saham minyak layak diperhatikan?
Manfaat dari siklus ekonomi
Sektor energi sangat terkait erat dengan siklus ekonomi. Saat ekonomi sedang menurun, permintaan energi menurun, harga minyak tertekan; saat ekonomi pulih, permintaan meningkat, saham minyak berpotensi mengalami kenaikan valuasi. Tahun 2023, dunia sedang keluar dari bayang-bayang pandemi, China kembali membuka diri, perdagangan internasional kembali aktif, dan industri pariwisata berkembang—semua ini menunjuk pada peningkatan permintaan energi, sehingga meningkatkan daya tarik investasi di saham minyak.
Kendala pasokan membawa ruang keuntungan
Krisis energi yang dipicu konflik Rusia-Ukraina belum berakhir. Pada awal 2022, harga minyak mentah mencapai 70 dolar AS per barel, setelah perang pecah, melonjak hingga 120 dolar AS per barel. Meskipun perusahaan energi besar mempercepat investasi kapasitas baru, proses eksplorasi hingga produksi membutuhkan waktu bertahun-tahun. Keterbatasan kapasitas akan mendukung profitabilitas perusahaan minyak, dan pendapatan serta laba diharapkan meningkat secara bersamaan.
Daya tarik dividen tinggi
Sebagian besar perusahaan minyak menawarkan tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan industri lain. Ketika harga minyak naik dan biaya tetap stabil, margin keuntungan per barel membesar, dan perusahaan minyak biasanya membagikan sebagian keuntungan ini sebagai dividen kepada investor. Menurut data Morningstar, pertumbuhan dividen sektor energi berada di urutan teratas di semua industri, dengan tingkat pertumbuhan sekitar 50% dalam beberapa tahun terakhir. Contohnya, ConocoPhillips memperoleh keuntungan dari kenaikan harga minyak tahun 2022, membayar kembali 10 miliar dolar AS kepada pemegang saham, dan terus meningkatkan pembayaran dividen.
Prospek investasi saham minyak: dua sisi
Dalam jangka pendek, saham energi menghadapi tekanan koreksi. Bank sentral di berbagai negara terus berupaya menurunkan inflasi, yang akan menekan permintaan energi dari sisi konsumsi; musim dingin di Eropa yang relatif hangat juga menurunkan konsumsi energi. Dari awal tahun hingga pertengahan Maret, koreksi saham energi lebih dari 8%.
Namun, logika jangka menengah dan panjang lebih optimis. Karena kapasitas global terbatas dan sulit diperluas dalam waktu singkat, serta risiko geopolitik yang terus meningkat, harga energi minyak mungkin kembali menyentuh level tertinggi baru. Hanya saja, secara umum, pasar memperkirakan performa saham minyak tidak akan mampu menandingi puncak tahun 2022.
Ada peluang berbeda di bidang-bidang tertentu. Dalam lingkungan fluktuasi harga minyak, perusahaan jalur tengah seperti perusahaan transportasi pipa menunjukkan performa yang lebih stabil, karena pendapatannya berbasis tarif tetap dan tidak terlalu dipengaruhi fluktuasi harga minyak. Sementara perusahaan eksplorasi dan produksi di hulu akan diuntungkan oleh kenaikan harga minyak. Selain itu, dengan kekurangan gas alam cair di Eropa yang semakin parah, perusahaan energi yang berorientasi ekspor memiliki potensi pertumbuhan yang lebih besar.
5 saham minyak yang layak diperhatikan
ExxonMobil (XOM.US): Pemimpin sektor energi
ExxonMobil terlibat dalam seluruh rantai industri minyak, dari eksplorasi, produksi, manufaktur, perdagangan, hingga pengangkutan dan penjualan, saat ini menjadi salah satu grup energi terbesar secara pendapatan di dunia. Perusahaan percaya diri terhadap pertumbuhan jangka menengah dan panjang, pada Desember lalu mengumumkan target jangka panjang: pada 2027, arus kas operasional dan laba akan berlipat ganda dibandingkan 2019. Ini menunjukkan optimisme manajemen terhadap masa depan.
Selain itu, perusahaan juga menaikkan target pembelian kembali saham dari 30 miliar dolar AS selama 2022-2024 menjadi 50 miliar dolar AS. Dengan kapitalisasi pasar sekitar 420 miliar dolar AS saat ini, imbal hasil 12% dalam 3 tahun cukup menarik. Ditambah dengan dividen saat ini sebesar 3,6%, ExxonMobil menawarkan kombinasi keuntungan dan pertumbuhan yang menarik bagi investor.
Chevron (CVX.US): Penyeimbang bisnis yang stabil
Chevron adalah perusahaan energi terbesar kedua di AS dan ketiga di dunia, dengan bisnis mencakup produksi minyak dan gas, penyediaan bahan bakar penerbangan, serta memiliki lebih dari 7000 stasiun pengisian bahan bakar. Skala besar dan diversifikasi portofolio membuatnya mampu menghadapi fluktuasi industri energi secara tangguh.
Perusahaan menggunakan arus kas dari bisnis minyak dan gas tradisional untuk memberi imbal hasil kepada pemegang saham, dan baru-baru ini mengumumkan kenaikan dividen tahunan untuk ke-36 kalinya berturut-turut. Pada akhir Februari, mereka juga menaikkan target pembelian kembali saham tahunan menjadi 17,5 miliar dolar AS. Langkah-langkah ini menunjukkan kepercayaan perusahaan terhadap pertumbuhan, dan menjadi pilihan stabil di pasar yang bergejolak.
Enbridge (ENB.US): Mesin uang dari sistem pipa
Enbridge adalah perusahaan infrastruktur energi yang sangat beragam, utama menjalankan sistem pipa pengangkut minyak besar, dengan 30% minyak di Amerika Utara diangkut melalui pipa mereka. Pendapatan utamanya berasal dari pemurnian, pengangkutan, dan penyimpanan gas alam.
Keunggulan utama perusahaan terletak pada kestabilan model bisnisnya. Pelanggan membayar biaya tetap untuk penggunaan sistem pipa, sehingga pendapatan tidak terpengaruh fluktuasi harga minyak. Apapun kondisi harga minyak tahun 2023, Enbridge mampu mempertahankan arus kas yang stabil, menjadikannya investasi ideal di masa ketidakpastian industri.
ConocoPhillips (COP.US): Penghasil biaya rendah yang unggul
ConocoPhillips adalah perusahaan eksplorasi dan pengembangan independen terbesar di dunia, fokus pada bisnis hulu minyak dan gas. Kemampuan pengendalian biaya operasinya diunggulkan, dengan biaya produksi minyak kurang dari 30 dolar AS per barel. Ini berarti saat harga minyak tinggi, mereka bisa meraih laba berlebih, dan saat harga turun, tetap bisa beroperasi secara stabil.
Perusahaan juga terus mengembangkan proyek baru. Pada 13 Maret, pemerintah Biden secara resmi menyetujui proyek minyak Alaska senilai 7 miliar dolar AS, dan teknologi baru yang dikembangkan perusahaan mampu mengekstraksi lebih banyak energi dari cadangan yang ada. Investasi ini menunjukkan potensi pertumbuhan jangka panjang ConocoPhillips yang menjanjikan.
Cheniere Energy (LNG.US): Penerima manfaat dari gas alam cair
Cheniere Energy adalah perusahaan pengangkut dan penyimpan gas alam cair terbesar di AS dan kedua terbesar di dunia. Krisis energi Eropa akibat perang Rusia-Ukraina menciptakan peluang langka—harga gas alam di Eropa lebih tinggi daripada di AS, dan kekurangan impor gas sangat besar.
Menurut laporan keuangan kuartal ketiga 2022, impor gas alam cair di Eropa meningkat 65%, dan Cheniere menyumbang seperempat dari impor tersebut. Pada saat yang sama, produksi gas alam cair meningkat lebih dari 200% dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam waktu dekat, kekurangan permintaan gas alam di Eropa sulit diatasi, dan Cheniere akan berkembang pesat karena krisis energi di Eropa.
Perbandingan perusahaan minyak terkemuka
Nama Perusahaan
Kode Saham
Kapitalisasi(Miliar Dolar AS)
Kategori
PER
Dividen Yield
ExxonMobil
XOM
418.88
Integrasi Minyak & Gas
7.66X
3.6%
Chevron
CVX
294.79
Integrasi Minyak & Gas
8.42X
3.96%
Shell
SHEL
194.12
Integrasi Minyak & Gas
4.87X
3.85%
TotalEnergies
TTE
144.34
Integrasi Minyak & Gas
7.20X
4.99%
ConocoPhillips
COP
117.85
Eksplorasi & Produksi Minyak & Gas
6.54X
2.16%
BP
BP
108.76
Midstream Minyak & Gas
-
4.51%
Equinor
EQNR
85.89
Integrasi Minyak & Gas
3.02X
2.95%
Enbridge
ENB
74.46
Infrastruktur Minyak & Gas
39.69X
7.13%
Schlumberger
SLB
65.86
Peralatan & Jasa Minyak & Gas
18.94X
2.17%
Petrobras
PBR
62.99
Integrasi Minyak & Gas
1.79X
-
(Per 18 Maret 2023)
Lima faktor utama yang mempengaruhi tren saham minyak
Tren ekonomi global — Bank sentral masih berupaya menurunkan inflasi, bergantung pada kenaikan suku bunga tahun 2023. Pasar akan memperkirakan perlambatan ekonomi global bahkan resesi, yang akan memberi dampak negatif pada seluruh industri energi.
Kondisi kapasitas pasokan — Kekurangan energi akibat perang Rusia-Ukraina pernah mendorong kenaikan saham minyak, tetapi kemudian cadangan menumpuk kembali menimbulkan tekanan koreksi. Dinamika penawaran dan permintaan akan langsung menentukan performa industri energi.
Sikap regulasi dan kebijakan — Komitmen global terhadap perubahan iklim tidak berkurang. Pemerintah Biden berencana menginvestasikan 400 miliar dolar AS selama sepuluh tahun untuk energi bersih dan inovasi, menimbulkan tantangan bagi perusahaan minyak tradisional untuk bertransformasi atau tersisih.
Perkembangan teknologi baru — Energi surya, hidrogen, kendaraan listrik semakin matang, secara bertahap mengurangi permintaan energi minyak tradisional, dan dalam jangka panjang menjadi ancaman terhadap nilai industri energi.
Profitabilitas perusahaan — Perusahaan minyak menghadapi tekanan ganda dari investor: satu sisi menuntut peningkatan hasil untuk memenuhi permintaan yang tidak terpenuhi; sisi lain menuntut pengurangan pengeluaran untuk mendukung transisi energi. Di bawah tekanan ini, produksi tidak meningkat tetapi laba melonjak, tren ini terus berlanjut. Pada 2022, laba perusahaan minyak meningkat dua kali lipat, tetapi pada 2023, kapasitas minyak mentah AS diperkirakan turun 21%.
Apa yang harus diketahui investor
Dari perspektif jangka panjang, saham minyak tetap memiliki nilai investasi yang cukup. Permintaan energi global terus meningkat—Eropa membutuhkan LNG dari AS, dan China adalah konsumen minyak terbesar kedua di dunia. Faktor fundamental ini mendukung prospek jangka panjang sektor energi.
Namun, volatilitas industri energi juga tidak bisa diabaikan. Resesi ekonomi menekan permintaan, risiko geopolitik mendorong harga minyak naik, dan investor harus mencari keseimbangan dalam lingkungan yang kompleks ini. Kuncinya adalah menyesuaikan dengan toleransi risiko pribadi, dan memilih saham dari berbagai sub-sektor (hulu, midstream, hilir) secara cermat agar dapat memanfaatkan peluang investasi di saham minyak secara optimal.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Peluang Investasi Energi Awal: 5 Saham Minyak Terpilih dengan Analisis Mendalam
Pasar minyak tahun 2023 dipenuhi dengan variabel dan peluang. Dalam situasi internasional yang kompleks, saham minyak sebagai kekuatan utama di sektor energi tradisional, masih memiliki berapa nilai investasi? Artikel ini akan mengulas peluang dan tantangan investasi energi dari tiga dimensi: tren pasar, logika investasi, dan pilihan saham individu.
Perjalanan naik turun sektor energi
Minyak dikenal sebagai emas cair, sebagai darah ekonomi modern, digunakan secara luas dalam transportasi, kimia, pembangkit listrik, dan bidang lainnya. Karena minyak adalah sumber daya tak terbarukan, fluktuasi harganya sangat dipengaruhi oleh hubungan penawaran dan permintaan.
Tahun 2022 bisa disebut tahun panen bagi saham minyak. Didukung oleh pemulihan ekonomi pasca pandemi dan ketegangan energi akibat perang Rusia-Ukraina, saham minyak naik hampir 65%, jauh melampaui penurunan indeks S&P 500 sebesar 19% pada periode yang sama. Saat itu, sektor lain mengalami kelesuan—saham teknologi turun rata-rata 30%, saham komunikasi turun 40%, sementara saham energi justru naik melawan tren.
Namun, pemandangan cerah tidak berlangsung lama. Pada awal 2023, harga minyak mengalami koreksi besar. Di satu sisi, kekhawatiran terhadap permintaan ekonomi kembali muncul; di sisi lain, rumor peningkatan produksi Arab Saudi menekan harga minyak. Meskipun cadangan minyak mentah menurun lebih dari perkiraan, permintaan bensin tetap lemah. Baru-baru ini, situasi di Palestina dan Israel yang meningkat kembali memberi dorongan baru bagi saham energi. Risiko geopolitik sering kali mendorong kenaikan harga minyak jangka pendek, yang kemudian memicu potensi rebound saham minyak.
Mengapa saham minyak layak diperhatikan?
Manfaat dari siklus ekonomi
Sektor energi sangat terkait erat dengan siklus ekonomi. Saat ekonomi sedang menurun, permintaan energi menurun, harga minyak tertekan; saat ekonomi pulih, permintaan meningkat, saham minyak berpotensi mengalami kenaikan valuasi. Tahun 2023, dunia sedang keluar dari bayang-bayang pandemi, China kembali membuka diri, perdagangan internasional kembali aktif, dan industri pariwisata berkembang—semua ini menunjuk pada peningkatan permintaan energi, sehingga meningkatkan daya tarik investasi di saham minyak.
Kendala pasokan membawa ruang keuntungan
Krisis energi yang dipicu konflik Rusia-Ukraina belum berakhir. Pada awal 2022, harga minyak mentah mencapai 70 dolar AS per barel, setelah perang pecah, melonjak hingga 120 dolar AS per barel. Meskipun perusahaan energi besar mempercepat investasi kapasitas baru, proses eksplorasi hingga produksi membutuhkan waktu bertahun-tahun. Keterbatasan kapasitas akan mendukung profitabilitas perusahaan minyak, dan pendapatan serta laba diharapkan meningkat secara bersamaan.
Daya tarik dividen tinggi
Sebagian besar perusahaan minyak menawarkan tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan industri lain. Ketika harga minyak naik dan biaya tetap stabil, margin keuntungan per barel membesar, dan perusahaan minyak biasanya membagikan sebagian keuntungan ini sebagai dividen kepada investor. Menurut data Morningstar, pertumbuhan dividen sektor energi berada di urutan teratas di semua industri, dengan tingkat pertumbuhan sekitar 50% dalam beberapa tahun terakhir. Contohnya, ConocoPhillips memperoleh keuntungan dari kenaikan harga minyak tahun 2022, membayar kembali 10 miliar dolar AS kepada pemegang saham, dan terus meningkatkan pembayaran dividen.
Prospek investasi saham minyak: dua sisi
Dalam jangka pendek, saham energi menghadapi tekanan koreksi. Bank sentral di berbagai negara terus berupaya menurunkan inflasi, yang akan menekan permintaan energi dari sisi konsumsi; musim dingin di Eropa yang relatif hangat juga menurunkan konsumsi energi. Dari awal tahun hingga pertengahan Maret, koreksi saham energi lebih dari 8%.
Namun, logika jangka menengah dan panjang lebih optimis. Karena kapasitas global terbatas dan sulit diperluas dalam waktu singkat, serta risiko geopolitik yang terus meningkat, harga energi minyak mungkin kembali menyentuh level tertinggi baru. Hanya saja, secara umum, pasar memperkirakan performa saham minyak tidak akan mampu menandingi puncak tahun 2022.
Ada peluang berbeda di bidang-bidang tertentu. Dalam lingkungan fluktuasi harga minyak, perusahaan jalur tengah seperti perusahaan transportasi pipa menunjukkan performa yang lebih stabil, karena pendapatannya berbasis tarif tetap dan tidak terlalu dipengaruhi fluktuasi harga minyak. Sementara perusahaan eksplorasi dan produksi di hulu akan diuntungkan oleh kenaikan harga minyak. Selain itu, dengan kekurangan gas alam cair di Eropa yang semakin parah, perusahaan energi yang berorientasi ekspor memiliki potensi pertumbuhan yang lebih besar.
5 saham minyak yang layak diperhatikan
ExxonMobil (XOM.US): Pemimpin sektor energi
ExxonMobil terlibat dalam seluruh rantai industri minyak, dari eksplorasi, produksi, manufaktur, perdagangan, hingga pengangkutan dan penjualan, saat ini menjadi salah satu grup energi terbesar secara pendapatan di dunia. Perusahaan percaya diri terhadap pertumbuhan jangka menengah dan panjang, pada Desember lalu mengumumkan target jangka panjang: pada 2027, arus kas operasional dan laba akan berlipat ganda dibandingkan 2019. Ini menunjukkan optimisme manajemen terhadap masa depan.
Selain itu, perusahaan juga menaikkan target pembelian kembali saham dari 30 miliar dolar AS selama 2022-2024 menjadi 50 miliar dolar AS. Dengan kapitalisasi pasar sekitar 420 miliar dolar AS saat ini, imbal hasil 12% dalam 3 tahun cukup menarik. Ditambah dengan dividen saat ini sebesar 3,6%, ExxonMobil menawarkan kombinasi keuntungan dan pertumbuhan yang menarik bagi investor.
Chevron (CVX.US): Penyeimbang bisnis yang stabil
Chevron adalah perusahaan energi terbesar kedua di AS dan ketiga di dunia, dengan bisnis mencakup produksi minyak dan gas, penyediaan bahan bakar penerbangan, serta memiliki lebih dari 7000 stasiun pengisian bahan bakar. Skala besar dan diversifikasi portofolio membuatnya mampu menghadapi fluktuasi industri energi secara tangguh.
Perusahaan menggunakan arus kas dari bisnis minyak dan gas tradisional untuk memberi imbal hasil kepada pemegang saham, dan baru-baru ini mengumumkan kenaikan dividen tahunan untuk ke-36 kalinya berturut-turut. Pada akhir Februari, mereka juga menaikkan target pembelian kembali saham tahunan menjadi 17,5 miliar dolar AS. Langkah-langkah ini menunjukkan kepercayaan perusahaan terhadap pertumbuhan, dan menjadi pilihan stabil di pasar yang bergejolak.
Enbridge (ENB.US): Mesin uang dari sistem pipa
Enbridge adalah perusahaan infrastruktur energi yang sangat beragam, utama menjalankan sistem pipa pengangkut minyak besar, dengan 30% minyak di Amerika Utara diangkut melalui pipa mereka. Pendapatan utamanya berasal dari pemurnian, pengangkutan, dan penyimpanan gas alam.
Keunggulan utama perusahaan terletak pada kestabilan model bisnisnya. Pelanggan membayar biaya tetap untuk penggunaan sistem pipa, sehingga pendapatan tidak terpengaruh fluktuasi harga minyak. Apapun kondisi harga minyak tahun 2023, Enbridge mampu mempertahankan arus kas yang stabil, menjadikannya investasi ideal di masa ketidakpastian industri.
ConocoPhillips (COP.US): Penghasil biaya rendah yang unggul
ConocoPhillips adalah perusahaan eksplorasi dan pengembangan independen terbesar di dunia, fokus pada bisnis hulu minyak dan gas. Kemampuan pengendalian biaya operasinya diunggulkan, dengan biaya produksi minyak kurang dari 30 dolar AS per barel. Ini berarti saat harga minyak tinggi, mereka bisa meraih laba berlebih, dan saat harga turun, tetap bisa beroperasi secara stabil.
Perusahaan juga terus mengembangkan proyek baru. Pada 13 Maret, pemerintah Biden secara resmi menyetujui proyek minyak Alaska senilai 7 miliar dolar AS, dan teknologi baru yang dikembangkan perusahaan mampu mengekstraksi lebih banyak energi dari cadangan yang ada. Investasi ini menunjukkan potensi pertumbuhan jangka panjang ConocoPhillips yang menjanjikan.
Cheniere Energy (LNG.US): Penerima manfaat dari gas alam cair
Cheniere Energy adalah perusahaan pengangkut dan penyimpan gas alam cair terbesar di AS dan kedua terbesar di dunia. Krisis energi Eropa akibat perang Rusia-Ukraina menciptakan peluang langka—harga gas alam di Eropa lebih tinggi daripada di AS, dan kekurangan impor gas sangat besar.
Menurut laporan keuangan kuartal ketiga 2022, impor gas alam cair di Eropa meningkat 65%, dan Cheniere menyumbang seperempat dari impor tersebut. Pada saat yang sama, produksi gas alam cair meningkat lebih dari 200% dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam waktu dekat, kekurangan permintaan gas alam di Eropa sulit diatasi, dan Cheniere akan berkembang pesat karena krisis energi di Eropa.
Perbandingan perusahaan minyak terkemuka
(Per 18 Maret 2023)
Lima faktor utama yang mempengaruhi tren saham minyak
Tren ekonomi global — Bank sentral masih berupaya menurunkan inflasi, bergantung pada kenaikan suku bunga tahun 2023. Pasar akan memperkirakan perlambatan ekonomi global bahkan resesi, yang akan memberi dampak negatif pada seluruh industri energi.
Kondisi kapasitas pasokan — Kekurangan energi akibat perang Rusia-Ukraina pernah mendorong kenaikan saham minyak, tetapi kemudian cadangan menumpuk kembali menimbulkan tekanan koreksi. Dinamika penawaran dan permintaan akan langsung menentukan performa industri energi.
Sikap regulasi dan kebijakan — Komitmen global terhadap perubahan iklim tidak berkurang. Pemerintah Biden berencana menginvestasikan 400 miliar dolar AS selama sepuluh tahun untuk energi bersih dan inovasi, menimbulkan tantangan bagi perusahaan minyak tradisional untuk bertransformasi atau tersisih.
Perkembangan teknologi baru — Energi surya, hidrogen, kendaraan listrik semakin matang, secara bertahap mengurangi permintaan energi minyak tradisional, dan dalam jangka panjang menjadi ancaman terhadap nilai industri energi.
Profitabilitas perusahaan — Perusahaan minyak menghadapi tekanan ganda dari investor: satu sisi menuntut peningkatan hasil untuk memenuhi permintaan yang tidak terpenuhi; sisi lain menuntut pengurangan pengeluaran untuk mendukung transisi energi. Di bawah tekanan ini, produksi tidak meningkat tetapi laba melonjak, tren ini terus berlanjut. Pada 2022, laba perusahaan minyak meningkat dua kali lipat, tetapi pada 2023, kapasitas minyak mentah AS diperkirakan turun 21%.
Apa yang harus diketahui investor
Dari perspektif jangka panjang, saham minyak tetap memiliki nilai investasi yang cukup. Permintaan energi global terus meningkat—Eropa membutuhkan LNG dari AS, dan China adalah konsumen minyak terbesar kedua di dunia. Faktor fundamental ini mendukung prospek jangka panjang sektor energi.
Namun, volatilitas industri energi juga tidak bisa diabaikan. Resesi ekonomi menekan permintaan, risiko geopolitik mendorong harga minyak naik, dan investor harus mencari keseimbangan dalam lingkungan yang kompleks ini. Kuncinya adalah menyesuaikan dengan toleransi risiko pribadi, dan memilih saham dari berbagai sub-sektor (hulu, midstream, hilir) secara cermat agar dapat memanfaatkan peluang investasi di saham minyak secara optimal.