Jika Anda adalah investor seperti ini, pilih saham biasa:
Muda, memiliki siklus investasi 20-30 tahun
Mampu menanggung fluktuasi harga saham lebih dari 50%
Ingin berpartisipasi dalam pengambilan keputusan perusahaan (menggunakan hak suara)
Mengejar apresiasi modal bukan pendapatan tetap
Jika Anda lebih mengutamakan pendapatan stabil, preferensi saham lebih cocok:
Hampir pensiun atau sudah pensiun
Membutuhkan arus kas reguler
Bisa menerima harga saham yang tidak banyak naik
Menginginkan hak prioritas saat likuidasi perusahaan
acciones preferentes:Saham “seperti obligasi” yang setara
Preferensi saham ini agak istimewa—dia tidak sepenuhnya saham biasa, juga bukan obligasi, melainkan produk campuran di antara keduanya.
Ciri utama apa? Dividen tetap.
Dividen saham biasa tergantung suasana hati perusahaan—kalau untung dibagi, kalau rugi tidak. Tapi preferensi saham berbeda, dia berjanji membayar dividen dengan tingkat tetap atau yang sudah diprediksi sebelumnya. Lebih keras lagi, ada preferensi saham yang berjanji mengakumulasi dividen: jika tahun lalu tidak dibagikan, tahun ini harus dilunasi, tidak bisa diabaikan.
Itulah mengapa investor konservatif menyukainya—hasilnya bisa diprediksi. Tapi apa harganya? Tidak punya hak suara. Kamu tidak bisa ikut rapat pemegang saham untuk memutuskan hal besar perusahaan, hanya bisa duduk manis menerima dividen.
Berapa banyak jenis preferensi saham?
Preferensi saham konversi: bisa diubah menjadi saham biasa di kondisi tertentu, jadi saat perusahaan berkembang, kamu ikut merasakan kenaikannya
Preferensi saham redeemable: perusahaan bisa membeli kembali dengan harga tertentu, seperti memberi opsi “keluar” bagi perusahaan
Preferensi saham partisipatif: jika perusahaan sangat menguntungkan, selain dividen tetap, kamu juga bisa ikut bagian dari laba
Mengapa preferensi saham sangat sensitif terhadap suku bunga?
Daya tarik preferensi saham tergantung pada hasil yang mereka tawarkan. Saat bank sentral menurunkan suku bunga, dividen tetap 5% jadi sangat menarik; tapi saat suku bunga naik ke 6-7%, siapa yang mau preferensi saham 5%? Pasar akan menurunkan harganya. Inilah sebabnya saat yield obligasi melonjak di 2020-2021, preferensi saham secara kolektif turun.
Tapi ini tidak berarti preferensi saham “buruk”. Hanya saja, dalam lingkungan suku bunga tinggi, instrumen pengelolaan kas (seperti reksa dana pasar uang) jadi lebih menarik. Saat suku bunga turun lagi, preferensi saham akan bersinar kembali.
acciones comunes:Pedang bermata dua dengan risiko dan imbal hasil
Saham biasa adalah yang paling “demokratis”—kamu bisa voting, mendapatkan dividen, dan potensi kenaikan tak terbatas. Tapi kebebasan ini ada harganya.
Tiga keunggulan saham biasa:
Hak suara: Kamu tidak hanya menanam uang, tapi juga punya suara. Memilih direksi, menentukan strategi, kamu ikut terlibat
Potensi kenaikan tak terbatas: Secara teori, satu saham bisa naik dari $10 ke $100, bahkan $1000. Tidak bisa dilakukan preferensi saham, karena batas harga biasanya terkait hasil yield
Likuiditas tinggi: Volume transaksi besar, mau jual kapan saja, tidak perlu cari pembeli khusus
Tapi risiko apa?
Volatilitas harga tinggi: Berita buruk bisa membuat harga turun 20%, yang tidak kuat mental bisa terpaksa jual di posisi rendah
Dividen tidak stabil: Kalau perusahaan rugi, dividen bisa dipotong bahkan dihentikan sama sekali
Prioritas klaim terendah: Saat perusahaan bangkrut, semua kreditur dan pemegang preferensi saham didahulukan, kamu bisa kehilangan seluruh modal
Perbedaan utama keduanya secara jelas
Dimensi
acciones preferentes
acciones comunes
Karakter dividen
Tetap atau sudah diprediksi, prioritas pembayaran
Fluktuatif, tergantung laba perusahaan
Hak suara
Tidak (biasanya)
Ada
Volatilitas harga
Rendah (sensitif terhadap suku bunga)
Tinggi (didorong pasar)
Potensi kenaikan
Hampir tidak ada
Besar sekali
Prioritas likuidasi
Lebih tinggi dari saham biasa
Paling terakhir
Likuiditas
Terbatas (volume kecil)
Sangat likuid (terutama saham besar)
Cocok untuk
Investor konservatif
Investor agresif
Data membuktikan: S&P 500 vs Indeks Saham Preferensi AS
Perbandingan ini paling menggambarkan perbedaan. Dalam lima tahun terakhir (2019-2024), kedua indeks ini mengikuti jalur yang sangat berbeda:
S&P 500: +57.60% (pemenang saham biasa)
Indeks Saham Preferensi AS: -18.05% (korban kenaikan suku bunga)
Mengapa? Karena di 2022-2023, Federal Reserve menaikkan suku bunga secara agresif. Saat yield tanpa risiko dari 0.5% melompat ke 5%, preferensi saham yang hanya memberi 3-4% tetap jadi tidak menarik. Selain itu, kenaikan suku bunga juga menekan harga obligasi (harga obligasi berbanding terbalik dengan yield), sehingga preferensi saham pun ikut turun.
Tapi ini tidak berarti preferensi saham “buruk”. Hanya saja, dalam lingkungan suku bunga tinggi, instrumen pengelolaan kas seperti dana pasar uang jadi lebih menarik. Saat suku bunga turun lagi, preferensi saham akan kembali bersinar.
Saran praktis: cara memilih dan mengatur portofolio
Langkah pertama: evaluasi tahap keuangan pribadi
Tahap akumulasi (usia 20-45): 80% saham biasa + 20% preferensi saham
Tahap seimbang (45-60): 50% saham biasa + 50% preferensi saham
Tahap pensiun (60+): 20% saham biasa + 80% preferensi saham
Langkah kedua: pilih platform trading
Semua broker resmi berlisensi bisa memperdagangkan kedua jenis saham ini. Proses pembukaan akun:
Kirim data identitas dan keuangan
Deposit dana
Pesan order (market order atau limit order)
Kalau ingin menghindari memegang saham secara langsung, bisa juga trading CFD (Contract for Difference) pada preferensi saham tertentu, tapi pastikan platform mendukung dan likuiditas cukup.
Langkah ketiga: pantau dan sesuaikan
Jangan beli lalu lupa. Per kuartal, cek:
Apakah dividen preferensi saham dipotong?
Apakah kondisi fundamental saham biasa berubah?
Apakah tren suku bunga berbalik?
Kalau tren suku bunga berbalik, mungkin perlu rebalancing.
Kata terakhir
acciones comunes dan acciones preferentes bukanlah “yang satu bagus, yang lain buruk”, melainkan “yang cocok untuk tujuan berbeda”. Muda harus mengandalkan saham biasa untuk mengumpulkan kekayaan; yang mendekati pensiun, preferensi saham memang lebih aman. Tapi para ahli sejati memegang keduanya, menyesuaikan proporsi sesuai kondisi pasar—ketika suku bunga rendah, tambah preferensi saham; saat prospek ekonomi cerah, tambah saham biasa.
Intinya, jangan sampai salah paham dan membalikkan keduanya, karena itu bisa berakibat kerugian besar.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Saham Biasa vs Saham Preferen: Salah memilih satu, hasilnya dua kali lipat berbeda
不是所有股票都一样。企业发行的 acciones comunes 和 acciones preferentes 看似都是所有权凭证,实际上却是两条完全不同的投资赛道。五年间,标普500涨了57.60%,而美国优先股指数反而跌了18.05%——同样的市场,为什么差这么大?核心就在于这两种股票的底层逻辑完全相反。
谁该选普通股?谁该选优先股?
Jika Anda adalah investor seperti ini, pilih saham biasa:
Jika Anda lebih mengutamakan pendapatan stabil, preferensi saham lebih cocok:
acciones preferentes:Saham “seperti obligasi” yang setara
Preferensi saham ini agak istimewa—dia tidak sepenuhnya saham biasa, juga bukan obligasi, melainkan produk campuran di antara keduanya.
Ciri utama apa? Dividen tetap.
Dividen saham biasa tergantung suasana hati perusahaan—kalau untung dibagi, kalau rugi tidak. Tapi preferensi saham berbeda, dia berjanji membayar dividen dengan tingkat tetap atau yang sudah diprediksi sebelumnya. Lebih keras lagi, ada preferensi saham yang berjanji mengakumulasi dividen: jika tahun lalu tidak dibagikan, tahun ini harus dilunasi, tidak bisa diabaikan.
Itulah mengapa investor konservatif menyukainya—hasilnya bisa diprediksi. Tapi apa harganya? Tidak punya hak suara. Kamu tidak bisa ikut rapat pemegang saham untuk memutuskan hal besar perusahaan, hanya bisa duduk manis menerima dividen.
Berapa banyak jenis preferensi saham?
Mengapa preferensi saham sangat sensitif terhadap suku bunga?
Daya tarik preferensi saham tergantung pada hasil yang mereka tawarkan. Saat bank sentral menurunkan suku bunga, dividen tetap 5% jadi sangat menarik; tapi saat suku bunga naik ke 6-7%, siapa yang mau preferensi saham 5%? Pasar akan menurunkan harganya. Inilah sebabnya saat yield obligasi melonjak di 2020-2021, preferensi saham secara kolektif turun.
Tapi ini tidak berarti preferensi saham “buruk”. Hanya saja, dalam lingkungan suku bunga tinggi, instrumen pengelolaan kas (seperti reksa dana pasar uang) jadi lebih menarik. Saat suku bunga turun lagi, preferensi saham akan bersinar kembali.
acciones comunes:Pedang bermata dua dengan risiko dan imbal hasil
Saham biasa adalah yang paling “demokratis”—kamu bisa voting, mendapatkan dividen, dan potensi kenaikan tak terbatas. Tapi kebebasan ini ada harganya.
Tiga keunggulan saham biasa:
Tapi risiko apa?
Perbedaan utama keduanya secara jelas
Data membuktikan: S&P 500 vs Indeks Saham Preferensi AS
Perbandingan ini paling menggambarkan perbedaan. Dalam lima tahun terakhir (2019-2024), kedua indeks ini mengikuti jalur yang sangat berbeda:
Mengapa? Karena di 2022-2023, Federal Reserve menaikkan suku bunga secara agresif. Saat yield tanpa risiko dari 0.5% melompat ke 5%, preferensi saham yang hanya memberi 3-4% tetap jadi tidak menarik. Selain itu, kenaikan suku bunga juga menekan harga obligasi (harga obligasi berbanding terbalik dengan yield), sehingga preferensi saham pun ikut turun.
Tapi ini tidak berarti preferensi saham “buruk”. Hanya saja, dalam lingkungan suku bunga tinggi, instrumen pengelolaan kas seperti dana pasar uang jadi lebih menarik. Saat suku bunga turun lagi, preferensi saham akan kembali bersinar.
Saran praktis: cara memilih dan mengatur portofolio
Langkah pertama: evaluasi tahap keuangan pribadi
Langkah kedua: pilih platform trading
Semua broker resmi berlisensi bisa memperdagangkan kedua jenis saham ini. Proses pembukaan akun:
Kalau ingin menghindari memegang saham secara langsung, bisa juga trading CFD (Contract for Difference) pada preferensi saham tertentu, tapi pastikan platform mendukung dan likuiditas cukup.
Langkah ketiga: pantau dan sesuaikan
Jangan beli lalu lupa. Per kuartal, cek:
Kalau tren suku bunga berbalik, mungkin perlu rebalancing.
Kata terakhir
acciones comunes dan acciones preferentes bukanlah “yang satu bagus, yang lain buruk”, melainkan “yang cocok untuk tujuan berbeda”. Muda harus mengandalkan saham biasa untuk mengumpulkan kekayaan; yang mendekati pensiun, preferensi saham memang lebih aman. Tapi para ahli sejati memegang keduanya, menyesuaikan proporsi sesuai kondisi pasar—ketika suku bunga rendah, tambah preferensi saham; saat prospek ekonomi cerah, tambah saham biasa.
Intinya, jangan sampai salah paham dan membalikkan keduanya, karena itu bisa berakibat kerugian besar.